Jalur candi
Cheto kata mereka –kata para pendaki pendahulu kami-, jalur yang diyakini mampu
mengekspose sisi lain dari Gunung Lawu, baik dari sisi keindahan alam yang
memukau maupun sisi mistik dari jalur tersebut. Semua itu akan kami ceritakan
dalam tulisan ini.
Tak pernah
terbayang di benakku untuk dapat mengekplor salah satu bukti kebesaranNya, mendaki gunung ciptaNya yang menyimpan sejuta
rahasia keindahan alam semesta.
Berawal saat
salah satu teman kuliah ku yang bernama Asadul Islam Al-Farouq berasal dari
Bojonegoro berkisah mengenai pengalaman-pengalamannya saat mendaki di beberapa
gunung yang ada di pulau jawa sembari memperlihatkan beberapa foto yang ada di HPnya,
dengan sangat antusias aku mendengarkan seluruh cerita-ceritanya sesekali
menimpalinya dengan beberapa pertanyaan bukti bahwa aku begitu hanyut mendengar
kisahnya, dengan lebih antusias ia menjawab semua pertanyaan tersebut hingga
pada akhirnya kuberanikan diriku untuk berkata.
“Sad,
sebenarnya aku pengen sekali mendaki cuman sayang belum ada wadah penyalur
ditambah lagi dengan tugas full nonstop dari instasi”. Sedikit miris ia
memperhatikan omonganku, ditimpali dengan anggukan paham akan rutinitas
kegiatan yang menggelayutiku.
“oh, iya zed!”
jawabnya. Sesungging senyum terukir di bibirnya seolah mendapat jalan terang
“zed, kalau nt
mau, besok hari Ahad, Senin aku sama temen-temen punya rencana untuk mendaki
gunung Lawu lewat jalur yang jarang dilalui oleh pendaki-pendaki lain!” tawaran
yang menggiurkan, namun lagi-lagi keinginanku harus bebenturan dengan
kesibukan, kujawab tawaran itu dengan sedikit ada nada menggantung “in sya Allah
kalau nggak sibuk”.
Sesampainya di
kamar, kupikirkan terus menerus tawaran itu, kutanya ke seluruh senior-senior
kamarku mengenai tugas-tugas yang sekiranya ada saat hari-hari tersebut,
setelah bertanya dapat disimpulkan bahwa tugas hari itu tidak ada, kalaulah ada
dapat dikerjakan jauh-jauh hari. Akhirnya kuhubungi asad dan kuputuskan untuk
mengikuti langkahnya menaklukkan puncak gunung lawu melalui jalur surga.
Cukup sulit
untuk merekrut tim yang mau mendaki lewat jalur ini, di samping karena jalur
yang akan ditempuh cukup sulit dan jarang dilalui, hari yang kami tentukanpun merupakan
hari di mana seluruh mahasiswa masih dalam masa-masa ujian.
Malam H-1, Asad
memintaku untuk menemaninya membeli perlatan pendakian sepeerti tenda, senter,
sarung tangan dan lain-lain. Akupun tak menyia-nyiakan kesempatan ini karena
akupun berencana ingin membelinya juga. Saat perjalanan menuju kota Madiun hujan
turun deras dan memaksa kami untuk mencari tempat teduh. Setelah agak reda
perjalanan kami lanjutkan.

No comments:
Post a Comment