Benar saja tidak cukup,
harus baik! Ungkap beliau di setiap kesempatan. Pada awalnya ungkapan ini saya
anggap biasa saja, tapi semakin sering beliau mengungkapkan itu, saya semakin
paham kemana arah ungkapan tersebut. Itulah manfaat dari "tak kandani peng
sewu"
Baik memiliki posisi yg
lebih tinggi dari benar. Dengan kata lain nyatakan kebenaran dulu baru setelah
itu berfikir baik atau tidaknya!
Dalam menyikapi sebuah
berita atau informasi, kita dianjurkan untuk benar-benar mengecek berita
tersebut dengan Tabayun, komparasi dg berita-berita yg lain atau dg cara
lainnya. Tapi perlu diingat tabayun dan komparasi tidak bertujuan untuk
memperkuat hipotesis kita -kemungkinan hipotesis kita salah-, krn jika
bertujuan untuk memperkuat hipotesis kita, kita akan merasa berat menerima yang
benar. tapi bertujuan untuk mencari kebenaran.
Setelah dapat menyatakan
benar atau tidaknya suatu berita, baru kita beranjak ke kata yg kedua yg
posisinya lebih tinggi dari benar yaitu baik.
Ada
pertanyaan-pertanyaan yg harus dijawab ketika akan menyatakan kebaikan dari
suatu kebenaran berita. Berita benar itu baik atau tidak untuk disampaikan?
Layak atau tidak dipublikasikan? Maslahah dan mudhorotnya lebih banyak mana?
Kalau ternyata berita benar itu malah memperkeruh keadaan, berarti berita
tersebut benar tapi tidak baik.
Jika ada yg berungkapan
"berarti jika kita dituntut untuk memikirkan kebaikan dari kebenaran
berita, maka kebenaran berita itu sudah tidak lagi menjadi kebenaran
objektif". Maka jawabnya simpel "berarti anda bukan orang
baik-baik!" Ada saatnya ungkapan Qulil haqqa walau kana murron kembali
harus disandingkan dengan kata kebaikan.
Benar saja tidak cukup
tapi harus baik!
Teguhkan hati kami untuk
selalu berpijak pada prinsip
ini!!http://zaidnyantri.blogspot.co.id/search/label/Opinihttp://zaidnyantri.blogspot.co.id/2015/04/benar-saja-tidak-cukup-harus-baik.html
 

 
No comments:
Post a Comment