Tuesday, June 28, 2016

Benar saja tidak cukup, harus baik!

Benar saja tidak cukup, harus baik! Ungkap beliau di setiap kesempatan. Pada awalnya ungkapan ini saya anggap biasa saja, tapi semakin sering beliau mengungkapkan itu, saya semakin paham kemana arah ungkapan tersebut. Itulah manfaat dari "tak kandani peng sewu"
Baik memiliki posisi yg lebih tinggi dari benar. Dengan kata lain nyatakan kebenaran dulu baru setelah itu berfikir baik atau tidaknya!

Dalam menyikapi sebuah berita atau informasi, kita dianjurkan untuk benar-benar mengecek berita tersebut dengan Tabayun, komparasi dg berita-berita yg lain atau dg cara lainnya. Tapi perlu diingat tabayun dan komparasi tidak bertujuan untuk memperkuat hipotesis kita -kemungkinan hipotesis kita salah-, krn jika bertujuan untuk memperkuat hipotesis kita, kita akan merasa berat menerima yang benar. tapi bertujuan untuk mencari kebenaran.
Setelah dapat menyatakan benar atau tidaknya suatu berita, baru kita beranjak ke kata yg kedua yg posisinya lebih tinggi dari benar yaitu baik.
Ada pertanyaan-pertanyaan yg harus dijawab ketika akan menyatakan kebaikan dari suatu kebenaran berita. Berita benar itu baik atau tidak untuk disampaikan? Layak atau tidak dipublikasikan? Maslahah dan mudhorotnya lebih banyak mana? Kalau ternyata berita benar itu malah memperkeruh keadaan, berarti berita tersebut benar tapi tidak baik.
Jika ada yg berungkapan "berarti jika kita dituntut untuk memikirkan kebaikan dari kebenaran berita, maka kebenaran berita itu sudah tidak lagi menjadi kebenaran objektif". Maka jawabnya simpel "berarti anda bukan orang baik-baik!" Ada saatnya ungkapan Qulil haqqa walau kana murron kembali harus disandingkan dengan kata kebaikan.
Benar saja tidak cukup tapi harus baik!
Teguhkan hati kami untuk selalu berpijak pada prinsip ini!!http://zaidnyantri.blogspot.co.id/search/label/Opinihttp://zaidnyantri.blogspot.co.id/2015/04/benar-saja-tidak-cukup-harus-baik.html


No comments:

Post a Comment